Pengumuman

STOP PRESS: DONGENG KOPI TIDAK BERSAMA KAMI LAGI DI WAHID HASYIM

Banyak sekali yang mengira kami bercanda saat Indie Book Corner mengumumkan akan segera cabut dari markas kami di Jl. Wahid Hasyim No.3. Apalagi pengumumannya tepat tanggal 1 April, orang-orang mengiranya April Mop. Astaga. Kami tak sekonyol itu, Pemirsa.

Semua mungkin terlalu cepat. Seminggu ini banyak kawan menelepon, mengirim pesan dan buru-buru mengajak bertemu. Dari mulut ke mulut tersiar kabar bahwa Dongeng Kopi tutup. Ada apa? Kali ini saya ingin menjelaskan buat semua yang bertanya, agar tidak terjadi simpang siur berita, agar rasa penasaran terjawab. Hal ini juga baik buat saya; menceritakan sesuatu yang sama berulang-ulang bukan hanya membosankan, tapi juga melelahkan. Kadang dalam posisi begini saya ingin segera punya juru bicara, sayang saya bukan presiden.

Jadi begini ceritanya:

Sejak hari Selasa, 9 Mei 2017, tepat di hari ketika vonis terhadap Ahok dibacakan, Dongeng Kopi resmi tidak berkantor lagi di bangunan Dongengkopi & Indiebook, tempat yang kami huni tiga tahun belakangan. Di lokasi ini, Dongeng memang sudah resmi tidak beroperasi, tapi bukan berarti bubar. Alang dan Renggo sedang menyiapkan tempat yang lebih kondusif lagi. Lebih luas tanahnya, lebih luas lahan parkirnya. Tempat baru itu akan segera diumumkan, kalau tidak ada aral dan hambatan, rumah baru akan dibuka sebelum lebaran ini.

Bagaimana dengan Indie Book Corner?

Kami masih berkantor di lokasi semula, demikian juga untuk Toko Budi. Kami masih akan di tempat ini setidaknya sampai akhir tahun atau maksimal bulan Februari depan. Semua kegiatan masih berlangsung seperti sedia kala, teman-teman masih tetap bisa bertamu, konsultasi, nongkrong, belanja dan lain sebagainya. Tapi tentu saja tidak bisa menikmati hidangan kopi nikmat racikan para barista Dongeng. Mohon maaf untuk yang terakhir ini.

Bagaimana hubungan kami dengan Dongeng Kopi?

Semua baik-baik saja. Tidak kurang satu apapun. Saya, terutama dengan Mas Renggo yang baik hati tetaplah sahabat. Sudah 12 tahun kami berteman dan dia mungkin adalah salah satu sahabat terbaik saya. Saya dengan Renggo, Alang, Lukas dan semua pasukan Dongeng tidak ada masalah sedikitpun, begitu juga sebaliknya dengan kawan-kawan di Indie Book Corner. Kami tetap mesra dan indah.

Nama Dongengkopi & Indiebook sudah lama kami sepakati sebagai satu kesatuan yang utuh. Di mana ada Dongeng, maka IBC akan ada. Tempat yang baru pun konsepnya masih akan sama. Ada kopi, perpustakaan, toko buku, penerbitan dan acara-acara di seputarannya. Kami sedang berbenah, kami sedang menyusun sebuah strategi baru. Dengan mencoba mencari tempat baru yang lebih luas sehingga bisa menampung banyak orang, semestinya teman-teman semua tahu, kami baik-baik saja, sedang berkembang dan sedang mengucapkan alhamdulillah atas semua karunia ini.

Dongengkopi & Indiebook adalah mimpi bersama. Di Wahid Hasyim, kami sudah berjumpa ribuan wajah, saling menyapa, berkenalan, bekerja bersama, tertawa, berteman dan melakukan banyak hal. Kejadian-kejadian ini tentu sangat menyenangkan, mustahil akan kami lupakan. Tentu saja banyak yang bersedih, menanyakan kenapa tempat ini kosong dan sunyi seketika? Mendadak tidak ada tempat ngopi dan bertemu seperti sediakala. Banyak orang menjadikan tempat ini menjadi tempat yang sentimentil: Jadi tempat peluncuran buku baru atau album baru, jadi tempat pameran, baca puisi, kelas kopi, gathering komunitas, pemeran buku, berkenalan, berpacaran, dan bahkan menggelar resepsi pernikahan. Biarlah semua menjadi kenangan dan kita simpan rapi di lemari ingatan masing-masing. Semoga semua rencana baik segera terlaksana.

Kami akan berkabar segera tentang rumah baru kami, dan tentu saja semua teman terbaik akan diundang di acara selamatannya.

Semoga rumah baru segera terwujud. Tamu-tamu Indie Book Corner seminggu ini banyak mengeluh, kenapa perut kami mual dan kopinya serasa seperti adukan semen dicampur sabun dan tanah liat. Jika kamu jeli, semua itu diakibatkan oleh salah satu biang kerok yang mendadak heroik. Melihat Dongeng tidak beroperasi, dia segera pasang badan dan berteriak, “Kalau Alang dan Lukas tidak mau bikinkan kita kopi, saya siap menjadi pengganti mereka!”. Orang ini mengambil alih dapur, mengaduk kopi semuanya, menyuguhkannya pada kami, lengkap bersama senyumnya yang… astaga, semua orang pasti bingung bagaimana menjelaskan senyum itu. Siapa lagi kalau bukan si kampret M. Irsyad Zaki.

Astagaaaa! Kami rindu kopi enak. Selamatkan kami dari Zaki!

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan