7 Puisi ini termuat dalam antologi puisi Yogya Halaman Indonesia, dibacakan pada Pesta Puisi Akhir Tahun 2016 di Taman Budaya Yogyakarta. Kali ini kami membagikan puisi Irwan Bajang untuk para pembaca yang siapa tahu rindu puisi-puisinya Bajang. Maklum, katanya lagi susah nulis puisi. Jangan sampai pensiun ya, Baj. Selamat membaca.
sisa sisa segalanya
“siapa yang berhak mewakili suaraku,
jika kalian pergi
dan aku
kehilangan kata-kata
untuk mencegahnya?”
siapa yang berhak mewakili semua kehilanganku
jika tak pernah ada lagi siapapun
melintas di depan beranda rumah
sambil menyebutkan namaku?
kita telah mencoba kembali
merapatkan kembali jarak kaki kita
memutar roda mendekat
ke alamat rumah masing-masing
tapi tak pernah kutemukan lagi
cahaya mata yang sama
berpendar
dari balik
celah mata-matamu
di pantai yang sama
pantai yang pernah kita datangi itu, dulu
gerimis, angin laut,
tak membawa sehirup pun
aroma tubuh kecil kita
padaku
karang dalam dadaku
tak meninggalkan jejak kaki seorang pun
semuanya pergi, terhapus
dan tenggelam oleh karat garam
kemiskinan cintaku
rinjani tetap menjulang
sebagai mana rasa sakit
tak pernah bisa runtuh
sebagaimana dendam
sama sekali tak pernah bisa padam
tapi aku kini bukan gunung menjulang
aku bukan danau suci itu lagi
waktu mengubah rambutku
menjadi rambut yang berbeda
dengan rambut yang bisa kau usap dulu
dada ini bukan lagi tanah
di mana kau tanamkan
segala harapan dan mimpimu
kita telah mencoba kembali
berkali-kali
mencoba pulang
lebih dari angka
yang bisa kita ingat dengan cepat
tapi begitulah, tak ada yang bisa dicatat bersama
sebagaimana tak ada lagi
yang bisa direncanakan
pada hari-hari selanjutnya
2016
1000 tahun
mana mungkin
seribu tahun
aku melupakanmu
sementara rinduku
hidup jutaan tahun
sebelum tanah ini dibangun
lalu dihapus dan dihilangkan
hatiku bukan ranting tua lagi
hatiku kini rotan
kau bisa melengkungkannya
tapi ia tak bisa kau patahkan
suara gendang beleq
telah lewat di seberang jalan
butiran nasi dan sambal
telah basi di tangan
seumpama tanah sendiri
yang tak bisa lagi
kita pertahankan
tangan kita telah lumpuh dan gemetar
angin api meniupnya
membakarnya dalam panas neraka
dan kutukan waktu
suara gendang telah lewat di seberang
suara orang berpesta telah usai
dan gulungan tembakau terakhir
telah diembuskan
pada waktu itulah aku kembalikan segalanya
merelakan yang pergi biarlah pergi
merelakan yang berlalu biarlah hanya jadi bahasa baru
hatiku akar pohon tua
keluar dari tanah dan tak bisa diluruskan
tak bisa dimasukkan
tak ada lagi kisah-kisah hantu di sana
tak ada lagi keramat sesaji
dipasang bersama nyala api
di bawahnya
cerita-cerita telah habis
suara hantu telah hilang
suara tawa kita
suara ketakutan kita
bahkan sudah tidak menggema lagi
kecuali
dalam kepala kita
sesekali saja
ketika kita mencoba menggali
tersebab sesuatu
yang tak terencana sebelumnya
2016
rahasia sebuah puisi
di balik kertas-kertas berdebu ini
telah kutulis segala rahasia
tentangmu tentangku
kuabadikan selamanya
meski tak seorang pun
selain dirimu
kelak akan membacanya
aku, matahari
redup di ambang batas zaman
hanya padamu kutuliskan
semua yang mampu kucatat dan kenangkan
bacalah, bacalah
dapatkan semua kesedihanku
kehilangan jejak kehidupanmu
telah kucatat sebagai rahasia
yang hanya kita catat
sebagai bukti
kita pernah hidup bersama
di dunia yang singkat
dan segera mengabur
dalam pelarian yang singkat ini
2015
cerita sebuah puisi
cerita-cerita itu mendatangimu
menggoyang tempat tidurmu
membalik bantalmu
ia masuk dalam kepala
dan mengganggumu
memintamu menulis
dan menceritakan kembali
cerita-cerita mendadatangimu
sebagaimana suara nenek
menceritakan tanah yang asing
dengan nama nama asing
untuk tidur kita
yang akan membawa berpetualang
masuk dalam dunia yang asing pula
cerita-cerita mendatangimu
jika kau tak bisa menghindar
dari bidikan peluru cinta ke dadamu,
kesakitan panjang
akan bertahan abadi
dalam darahmu
neraka datang
dari peluru
yang menembus
jantungmu
di setiap ujung jalan pemberhentianmu
puisiku mengawasi dengan mata curiga
kapan kau kembali ke dalam cerita?
ke dalam pelukan masa-masa muda itu?
maka berlalulah tahun-tahun beku itu
tahun ketika kakiku tersesat
di gerbong-gerbong kereta
tahun ketika tanganku gemetar
menyentuh benda lain
selain jemarimu
2016
menyeberangi tiga samudera ia meninggalkanmu
menyeberangi tiga samudera
ia meninggalkanmu
menyeberangi awan yang serupa kapas
ia pergi meninggalkanmu
usia menua
bisa saja ia lupa
bumi menua
tuhan tidak selalu meberikan senyum pada nasibmu
tiga samudera ia pergi dan barangkali melupakanmu
usia menua dan kau tak pernah tahu,
barangkali ia mencoba menghapus bekas pelukanmu
di dadanya
rumput halaman belakang rumah
kutemukan rumput di halaman rumah nenek
rimbun di daguku
dari tanah yang jauh
rumput itu kubersihkan
dan di kampung sana
nenek pasti tahu,
pangkal usia telah menua
menyusul usianya.
2015
kebun tembakaumu
kemiskinan, katamu
datang dari balik piring-piring nasi pagi kita
ia adalah langkah
dari perjalanan kita menuju kesatuan semesta
bagaimana kemiskinan bisa kau ceritakan kembali
jika piringmu sudah tidak ada lagi
hanya tangan menjuntai
lelah mencari sisa
semua cita-cita
tiga kali maulid
barisan tembakaumu
menanti berkali-kali
ia dibakar dalam gulungan kertas telpon
tanpa ada aroma keringatmu
mengharumkannya
maulid berlalu
sapi-sapi telah tumbang
telah dipotong dan dimasak
menjadi lauk
yang hanya berakhir basi di mangkukmu
tak ada keringat tanganmu
tak ada kecipak mulutmu
tak ada tawamu lagi
tak ada tawa teman-temanmu menghabiskannya
dari tanah yang jauh kau mencoba mencari aromanya
tapi hanya kau temukan rasa yang berbeda
dari rasa rokok ujicoba masa kecilmu
dulu itu
maulid berlalu
kemiskinan dan kebodohan
kehilangan dan kesunyian
menjelma menjadi kamu
menjelma menjadi asap tembakaumu
menjelma menjadi rancak suara gendang
yang tersisa di telingamu
pohon-pohon tembakaumu sudah mengering
rumah-rumah dibangun di sampingnya
jalan-jalan baru menjulur di depannya
dulu, keringatmu ada di sana
terbakar
menguap menuju matahari
membakarnya abadi
sebagaimana neraka yang menyala
memakan segalanya
membagi perih dan sakit
yang tak tertangguhkan rasanya
2016
Aku pilih Rahasia Sebuah Puisi dan Cerita Sebuah Puisi yang paling baik
kirim tulisan donk, kak 🙂