Acara, Berita

Pesta Puisi 3 Kota: Saut Situmorang Akan Baca Sikap Kepenyairannya di Jogja

4 Februari 2015, sastrawan dan penyair Saut Situmorang akan membacakan sikap kepenyairannya di Jogjakarta bertempat di Asmara Cafe, Jl. Tirtodipuran No. 22. Acara yang akan dilaksanakan sejak pukul 17.30 WIB ini merupakan rangkaian dari Pesta Puisi 3 Kota yang digelar di Bandung, Jogja dan Denpasar. Pada acara ini, Saut Situmorang sebagai penyair utama selain membaca puisinya juga akan membacakan sikap kepenyairan, atau semacam kredo dalam proses berkaryanya.

Selama ini Saut dikenal sebagai penyair yang garang mengkritik banyak hal, mulai dari situasi sosial politik di Indonesia sampai situasi sastra Indonesia yang dihegemoni oleh kelompok kepentingan tertentu. Ia orang yang getol menyerang Teater Utan Kayu (TUK) dan Salihara yang ia tuduh sebagai perusak sastra Indonesia. Ia juga menyerang Denny JA dan Tim 8 dalam kasus buku 33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Sastra Indonesia. Kasus pelecehan seksual oleh Sitok Srengenge juga tak luput dari kritik dan serangan Saut.

Melalui jurnal sastra boemipoetra yang ia dirikan bersama sastrawan lainnya, Saut rajin menulis esei dan catatan-catatan kritis tentang sastra Indonesia. Bukan hanya lewat puisi dan eseinya, belakangan Saut yang juga adalah pendiri Cyber Sastra banyak melemparkan kritik pedas melali akun facebook dan twitternya.

Selain Saut, lima penyair Jogja lainnya juga akan membaca puisi di acara yang sama. Para penyair lain yang akan tampil di antaranya adalah Kekal Hamdani, Hasta Indriyana, Komang Ira Puspitaningsih, TS. Pingan dan Irwan Bajang. Selain membaca puisi masing-masing, para penyair ini akan membacakan juga puisi Saut sebagai bentuk apresiasi mereka atas konsistensi Saut dalam berkarya, terutama dalam dunia kepenyairan. Selain para penyair, akan tampil juga grup musik Ilalang Zaman untuk memeriahkan acara dan mengiringi para penyair membaca puisinya.

Konsep penyair utama bukan dimaksud untuk membagi kelas antara para penyair, tapi lebih pada sebuah apresiasi atas Saut dan dua penyair lain yang akan tampil di masing-masing kotanya. Di Bandung akan tampil Matdon (1 Februari 2015), sementara di Denpasar akan tampil Wayang Jengki Sunarta (7 Februari 2015) juga bersama lima penyair di daerah masing-masing. Selain di Jogja, Saut juga ikut berkeliling membaca puisinya di Bandung dan Denpasar.

Yogyakarta_Seni-Pertunjukan_Saut-Situmorang_Aktivitas_1
Biodata Saut Situmorang
Saut Situmorang lahir 29 Juni 1966 di kota kecil Tebing Tinggi, Sumatera Utara, tapi dibesarkan sebagai “anak kolong” di Asrama Kodam I/Bukit Barisan, Medan Sunggal, Medan. Pendidikan terakhir S1 (Sastra Inggris, Film, dan Creative Writing) dan S2 (Sastra Indonesia [tidak selesai]) dilakukannya di Selandia Baru, di mana dia pernah hidup merantau sebagai imigran selama 11 tahun. Mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia selama beberapa tahun di almamaternya, Victoria University of Wellington dan University of Auckland di Selandia Baru.

Saut menulis dalam dua bahasa – Bahasa Indonesia dan Inggris – puisi, cerpen, esei (sastra, seni rupa dan film), dan terjemahannya sudah dipublikasikan di Indonesia, Selandia Baru, Australia, Itali, Ceko, Prancis, Jerman dan Afrika Selatan, antara lain dalam New Coin, Ginger Stardust, Anthology of New Zealand Haiku, Mutes & Earthquakes, Tongue in Your Ear, Magazine 6, TYGR! TYGR!, LE BANIAN NO 11, Bali – The Morning After, Antologi Puisi Indonesia 1997, Gelak Esai dan Ombak Sajak, dan Kitab Suci Digantung di Pinggir Jalan New York.
Buku kumpulan puisi tunggalnya yang sudah diterbitkan: saut kecil bicara dengan tuhan (Bentang, 2003), catatan subversif (BukuBaik, 2004), otobiografi ([sic] 2007), Perahu Mabuk (pustaha hariara, 2014) dan dalam bahasa Prancis Les mots cette souffrance (Collection du Banian, Paris, 2012), sementara kumpulan esei-sastranya dibukukannya dalam Politik Sastra ([sic] 2009).

Ia Mendapat “Poetry Award” untuk puisi-puisi bahasa Inggrisnya dari Victoria University of Wellington (1992) dan University of Auckland (1997) di Selandia Baru. Sebuah Haiku-nya dalam bahasa Inggris, “such boredom”, pemenang pertama Lomba Haiku “International Poetry Competition” yang diselenggarakan oleh New Zealand Poetry Society di tahun 1992, dikoleksi oleh sebuah museum Haiku di Kyoto, Jepang. Pada Februari 1994 diundang baca-puisi dalam program “New Wellington Poets” oleh New Zealand Poetry Society di Oriental Parade Arts Centre, Wellington, Selandia Baru. Awal tahun 2000 sebuah film dokumentasi (10-menit) tentangnya berjudul SAUT SITUMORANG dibuat oleh Peter Larsen di Auckland, Selandia Baru. Selama di Selandia Baru aktif terlibat dalam dunia poetry-reading bar dan café kota Wellington dan Auckland.

Diundang sebagai salah seorang pembicara pada Kongres Cerpen Indonesia Ke-2, Februari 2002 di Negara, Bali; diundang baca-puisi pada Maret 2003 dalam acara Sorak-sorai Identitas di Studio Budaya & Galeri Langgeng, Magelang, Jawa Tengah; diundang membacakan orasi budayanya bersama Gus Dur (Abdurrahman Wahid) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, 29 Juni 2004; diundang baca-puisi di kota Hamburg dan Berlin, Jerman, pada Januari 2005; diundang baca-puisi oleh Dewan Kesenian Jakarta untuk acara Tadarus Puisi di Teater Kecil TIM pada 6 Oktober 2006; diundang sebagai pembicara pada Kongres Cerpen Indonesia V di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Oktober 2007; diundang sebagai pembicara pada Temu Sastrawan Indonesia 2 di Pangkalpinang, Bangka-Belitung, 30 Juli-2 Agustus 2009; diundang baca-puisi pada Aceh International Literary Festival, Banda Aceh, 5-6 Agustus 2009; diundang ke acara Sepuluh Jam Temu Sastra Indonesia di Paris, Prancis, 9 November 2012. Diundang baca puisi pada April-Mei 2013 ke What Is Poetry? Festival di Afrika Selatan dan festival HIFA di Zimbabwe, dan diundang ke acara Poetry On The Road di Bremen, Jerman pada Juni 2013. Pada Maret 2015 diundang sebagai pembicara dan baca puisi ke acara ASEAN Literary Festival 2015. Juga sering diundang sebagai pembicara di kampus-kampus Sastra di Indonesia.

Setelah bosan bekerja 6-hari-seminggu selama hampir dua tahun sebagai editor antara lain di majalah-budaya berbahasa Inggris BALI ECHO dan majalah-surfing 3-bahasa SURF TIME di Bali, sejak akhir 2001 menetap di kota Jogjakarta sebagai penulis full-time. Pada 2003-2004 menjadi dosen-tamu (mata-kuliah “Teori Poskolonial” dan “Sastra dan Politik”) di program magister Ilmu Religi dan Budaya (IRB), Universitas Sanata Dharma Jogjakarta. Menjadi kurator Sastra pada Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) periode 2005-2008. Menjadi kurator pada Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 28-31 Oktober 2010 dan pada What Is Poetry? Festival 1-13 April 2012 di 4 kota Magelang, Pekalongan, Malang, dan Surabaya.

Pengalamannya sebagai freelance-editor di Selandia Baru dan Indonesia telah menghasilkan empat buku sastra dan dua buku seni rupa: Tongue in Your Ear, vol. IV (kumpulan puisi bahasa Inggris), Cyber Graffiti: Polemik Sastra Cyberpunk (kumpulan esei sastra), tujuh musim setahun (novel Clara Ng), Sastra, Perempuan, Seks (kumpulan esei sastra Katrin Bandel), Jalan/Street (performance art Made Wianta) dan Exploring Vacuum (kumpulan esei seni rupa Rumah Seni Cemeti Jogjakarta). [IB]

Related Posts

Tinggalkan Balasan