Toko buku online #Akubaca
Facebook Twitter Google Pinterest WhatsApp
Indie Book Corner Indie Book Corner
  • FIKSI
  • NONFIKSI
  • Login / Register
0 items / Rp 0
Menu
Indie Book Corner Indie Book Corner
0 items / Rp 0
Indie Book Corner Indie Book Corner
Kategori Pilihan
  • Agama & Spiritual
  • Biografi & Memoar
  • Ensiklopedia
  • Nonfiksi
  • Politik & Ilmu Sosial
  • Sastra & Fiksi
  • Sejarah
  • Sepak Bola
  • Home
  • Best Sellers
  • New Releases
  • Terbitan IBC
  • Cenderamata
  • Blog
Facebook Twitter Instagram WhatsApp
  • Login / Register
0 items / Rp 0
-6%
Beranda » Toko Buku Online » Misa Arwah dan Puisi-Puisi Lainnya
Previous product
Kriminalisasi Ganja Rp 50.000 Rp 45.000
Back to products
Next product
Yang Tertinggal Rp 75.000 Rp 70.000

Misa Arwah dan Puisi-Puisi Lainnya – Hardcover

Rated 4.50 out of 5 based on 2 customer ratings
()

Rp 69.000 Rp 65.000

***

sebab kecemasan itu tak pernah selesai
kini kutempatkan diri
di antara wajah pucat rumah duka
dan kaca-kaca jendelanya
yang memantulkan kegetiran tak bernama

kulihat orang-orang menyanyi dan berdoa bersama
cahaya memancar dari telapak tangan mereka yang terbuka
tetapi langit telah menjadi sekeping logam,
terlalu keras dan menyilaukan
bagi segala yang berasal dari manusia

di sudut jauh, di bawah bayangan salib yang jenuh
seorang perempuan tua
menyeka sudut-sudut matanya yang basah
dan mensucikan kesedihan
sebagai miliknya sendiri

sebab kecemasan itu tak pernah selesai
begitu mudah sunyi menyelinap
lalu bekerja dalam diriku

sembari menunduk dalam-dalam
kuraba gelang pemberianmu. dan diam-diam
tubuhku gemetar, menahan sepenggal keharuan
yang mungkin tak akan pernah kita percakapkan.

Berat0.25 kg
Format

Hardcover

Tahun terbit

2019

Penerbit

Shira Media

Jumlah halaman

78

Sisa stok 2

SKU: 2313 Kategori: Puisi Tag: Dea Anugrah
Share
Facebook Twitter Google Pinterest WhatsApp
close
  • Ulasan (2)
Ulasan (2)

2 reviews for Misa Arwah dan Puisi-Puisi Lainnya

  1. Dinilai 4 dari 5

    Kasir – 25 Juni 2015

    PRINGADI ABDI SURYA–GOODREADS

    Istilah Misa berasal dari kata bahasa Latin kuno missa yang secara harafiah berarti pergi berpencar atau diutus. Kata ini dipakai dalam rumusan pengutusan dalam bagian akhir Perayaan Ekaristi yang berbunyi “Ite, missa est” (Pergilah, tugas perutusan telah diberikan) yang dalam Tata Perayaan Ekaristi di Indonesia dipakai rumusan kata-kata “Marilah pergi. Kita diutus.”(Wikipedia)

    Sedangkan ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistia, yang artinya pujian atau syukur. Jadi, arti kata ekaristi mementingkan apa yang kita akukan dalam Misa, yaitu memuji, bersyukur, dan berterima kasih kepada Tuhan atas kebaikan-Nya. Dikatakan bahwa ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan umat.

    Pada saat yang sama, ketika membaca puisi-puisi di dalamnya, saya sedang berbincang dengan Zane tentang alam semesta. Alam semesta yang bermula dari ledakan besar, menjadi bintang, bintang menjadi bintang-bintang, lalu menjadi galaksi, dan galaksi-galaksi. Alam semesta selalu berkembang, begitu juga tubuhku. Dengan serius, dia berkata. Itu namanya entropi. Entropi alam semesta adalah mengembangnya alam semesta. Aku diam saja mendengar kata-katanya. Dia melanjutkan, entropi itu dikenal pada termodinamika. Entropi adalah es batu di dalam gelas, juga gula yang diaduk dalam segelas teh. Ia juga berarti transformasi. Ada banyak hal yang tampaknya berubah tanpa alasan. Begitu juga tubuhku, katanya. Entropi di dalam tubuh adalah ketidakteraturan. Ketidakteraturan itu akan semakin tidak teratur. Kita bisa memperlambat entropi itu dengan olahraga. Ucapannya sulit kubantah.

    Sajak-sajak Dea Anugrah juga adalah sebuah entropi. Kecemasanlah yang menjadi entropinya. Ditegaskan dalam baris sajaknya,

    Sebab kecemasan itu tak pernah usai.

    Bicara sajak Dea juga bicara pengetahuan dan intertekstualitas. Simak sajak pertamanya yang berjudul Teringat Kuburan di Desa

    selembar daun jati tua
    jatuh
    di atas sebuah makam purba

    o, pengetahuan, mengapa manusia
    ingin bahagia?

    Dari sajak ini saja aku jadi teringat pada banyak hal. Ada Ezra Pound, Subagyo Sastrowardoyo, Sheila on 7 dan Goenawan Muhammad.

    Ezra Pound kukenal karena imajismenya. Imaji daun jati yang dihadirkan Dea juga menarik. Karena lama tinggal di Jogja, jadi kurasa Dea paham betul kalau daun jati itulah yang berguna memerahkan gudeg. Yang disukai banyak orang biasanya adalah yang terbungkus di dalam daun jati, bukan daun jatinya. Sama seperti ketika aku berkunjung ke Jogja, kami makan nasi Jamblang di emperan jalan. Makanan khas Cirebon itu juga dibungkus daun jati.

    Namun, Dea tak puas dengan imajisme semata. Ia membubuhkan pertanyaan. Pertanyaan yang pernah dilontarkan Sheila on 7, juga Goenawan Muhammad. Bedanya, Dea menggunakan kata “ingin”, bukan “ada”, atau “butuh”. Di sini, Dea mengatakan bahwa manusia memiliki arti nafs itu.

    Kekontrasan antara kedua hal itu menimbulkan kesadaran akan peran manusia untuk mementingkan orang lain dulu ketimbang mementingkan diri sendiri. Diletakkannya sajak ini di awallah yang juga membuatku teringat pada sajak Subagyo Sastrowardoyo.

    NADA AWAL

    Oleh :Subagyo Sastrowardoyo

    Tugasku hanya menterjemah
    gerak daun yang tergantung
    di ranting yang letih. Rahasia
    membutuhkan kata yang terucap
    di puncak sepi. Ketika daun jatuh
    tak ada titik darah. tapi
    di ruang kelam ada yang merasa
    kehilangan dan mengaduh pedih

    Jika kita mencermati keduanya, ada persamaan alasan. Ini yang membuat Dea menulis Misa Arwah sebagai persembahan untuk Subagyo Sastrowardoyo.

    Hanya saja, entropi Dea dan kecemasannya itu masih belum terlihat batasnya. Ibarat gula tadi, diaduk di dalam gelas, ia akan memaniskan seisi gelas. Tak berpuas di situ, bila pun gula itu ditumpahkan ke lautan, ada upaya dari Dea untuk memaniskan lautan. Tampak Dea berusaha mendefinisikan ulang banyak kejadian. Ia tak puas dengan definisi yang diterimanya (misal dalam sajak Ad Ignorantiam–yang bahasa gaulnya, “Hoi, apa kita sudah cukup bukti untuk menyimpulkan sesuatu?)

    Akan tak bijak rasanya kalau semua sajaknya dibahas satu-satu dan akan habis isi otakku dikurasnya, meski itu mungkin belum akan cukup juga pada kemungkinan tafsir yang bisa

  2. Dinilai 5 dari 5

    Bastian – 1 Desember 2015

    “Aku sedang membaca buku kumpulan puisi. Tipis saja. Tapi itu sudah cukup menguras perasaan. Begitu sampulnya terbuka, sekeliling seolah langsung berubah menjadi sepia. Virus-virus kecemasan berloncatan dari lembar-lembar kertasnya yang ringan.”

    “Maksudmu rasa cemas yang sama seperti saat kamu berkali-kali tidak bisa menghubungi Ibumu?”

    “Bukan. Ini rasa cemas yang serupa ketika kamu mulai bertanya-tanya apakah apa yang ada dalam kepalamu itu benar. Semacam kebimbangan yang muncul ketika apa yang kau lihat dan yang kau dengar sama sekali lain. Juga mungkin sama dengan ketika kau belum mempersiapkan apa-apa sementara kamu harus segera memulai satu perjalanan.”

    “Buku semacam itu tidak seharusnya kamu baca. Hidup sudah cukup membuatmu cemas.”

    “Tapi buku ini beda. Ia memang menghembuskan cemas. Tapi ia juga membuka ruang-ruang yang kemungkinan bisa menjadi penawar. Oh ya, lagi pun ini bukan sekadar buku puisi yang bisa dibaca dengan cepat. Aku harus mengulang beberapa bagian hanya demi memberikan kesempatan kepada otakku untuk berpikir.”

    “Contoh?”

    “Seandainya kutulis sebuah nama pada kulit trembesi atau sebaris frasa di atas bangku taman ini akankah kita abadi?”

    “Rasanya aku harus membacanya juga. Apa judulnya?”

    “Misa Arwah & Puisi-Puisi Lainnya.”

    “Siapa penulisnya?”

    “Dea Anugrah.”

    “Oh, pantas. Perempuan memang selalu begitu. Kami diciptakan untuk dapat mengaduk-aduk perasaan semudah mengaduk-aduk sup.”

    “Dia laki-laki. Bukan perempuan.”

    Selengkapnya: http://kaki-kata.blogspot.com/2015/11/misa-arwah-dan-katup-katup-kecemasan.html

Berikan ulasan Batalkan balasan

You must be logged in to post a review.

Produk serupa

Quick View
Lebih lanjut
Close

Bentang Rasa

Anis Feblin & Mae
Rp 55.000
-8%
Quick View
Lebih lanjut
Close

Dialog Perempuan di Bulan Juni – Ardisa Pradhita

Rp 50.000 Rp 46.000
-10%
Quick View
Beli sekarang
Close

Perahu Mabuk: Sepilihan Sajak Cinta

Dinilai 4.00 dari 5
Rp 50.000 Rp 45.000
-10%
Quick View
Lebih lanjut
Close

Pohon Duka Tumbuh di Matamu

Khrisna Pabichara
Rp 50.000 Rp 45.000
-5%
Quick View
Beli sekarang
Close

Kudengar Angin Itu Mencurimu – Chendra M.A.

Rp 40.000 Rp 38.000
-8%
Quick View
Beli sekarang
Close

Cara Mencintai Monster

Rp 40.000 Rp 37.000
-10%
Quick View
Beli sekarang
Close

Masa Lalu Terjatuh Ke Dalam Senyumanmu

Rp 50.000 Rp 45.000
-10%
Quick View
Beli sekarang
Close

Tuhan Tak Serumit Hati Wanita

Vivi Priliyanti
Rp 50.000 Rp 45.000
-10%
Quick View
Beli sekarang
Close

Sehabis Hujan – Desi Mega Harlin

Rp 40.000 Rp 36.000
Quick View
Lebih lanjut
Close

Pundi Suar Spesial

Bentara Bumi
Rp 300.000
-8%
Quick View
Beli sekarang
Close

Pengabadian Rasa – Pambudi

Rp 40.000 Rp 37.000
Quick View
Beli sekarang
Close

Jawaban

Rp 38.500
logo-bukuindie (1)
  • HOME
  • SEMUA PRODUK
  • BLOG
  • FAQ
  • BELANJA
    • Konfirmasi Pembayaran
    • Cara Belanja
    • Lacak Pesanan
    • Wishlist
    • Kelola Akun
  • PENERBITAN
    • Alur Penerbitan
    • Biaya Penerbitan
    • Ketentuan Penerbitan
    • Tanya Jawab
    • Kirim Naskah
  • LAYANAN
    • Bantuan
    • Pengembalian Dana
    • Pengembalian Produk
    • Ketentuan Layanan
    • Kebijakan Privasi
  • TENTANG KAMI
    • Bukuindie.com
    • Indie Book Corner
    • Orbit
    • Karir
    • Hubungi Kami

JUGA TERSEDIA DI:

BERLANGGANAN NEWSLETTER:

Metode Pembayaran:

payment-3

Metode Pengiriman:

shipping

Our Social Links:

Facebook Twitter Instagram WhatsApp
Bukuindie.com 2019 Oleh -Indie Book Corner. Penerbit & konsultan perbukuan
  • Menu
  • Categories
  • Agama & Spiritual
  • Biografi & Memoar
  • Ensiklopedia
  • Nonfiksi
  • Politik & Ilmu Sosial
  • Sastra & Fiksi
  • Sejarah
  • Sepak Bola
  • Home
  • Best Sellers
  • New Releases
  • Shop All
  • Penerbitan
    • Alur Penerbitan
    • Biaya Penerbitan
    • Ketentuan Penerbitan
    • Kirim Naskah
    • Tanya Jawab Penerbitan
  • Bantuan
    • Cara Belanja
    • FAQ
    • Kelola Akun
    • Metode Pembayaran
    • Metode Pengiriman
    • Pengembalian Dana
    • Pengembalian Produk
    • Penggantian Barang
    • Pengiriman
  • Tentang IBC
    • Karir
    • Menulis Kolom
    • Pengelola
    • Kontak
  • Artikel
  • Login / Register

Shopping cart

close

Sign in

close

Lost your password?
Atau login dengan
Facebook
Google
No account yet? Create an Account
Scroll To Top
Facebook Twitter Instagram WhatsApp