Nasirun tak pernah berhenti bekerja. Karena itu ketrampilannya terus meningkat sampai ia menemukan teknik yang baru yaitu yang memungkinkannya bekerja lebih cepat misalnya dengan mengolah bagian-bagian dan sketsa dari lukisan yang sudah lama dibuat, seperti draft dalam tulisan yang sudah dipersiapkan.
Nasirun juga seorang seniman yang mempunyai rasa kepedulian sejarah yang amat dalam. Hal itu dibuktikan dengan ia mengkoleksi ribuan lukisan para seniman-seniman senior sezaman Soedjojono dan sesudahnya. Untuk itu ia membuka sebuah museum di muka rumahnya yang dibuka untuk umum. Setiap hari orang dari mana-mana termasuk dari luar negeri datang menikmati karya-karya seni yang jarang diihat itu.
Nasirun banyak menyimpan karya-karyanya sendiri, meskipun banyak juga yang dijual. Bahkan sering kali ia membeli kembali karya-karyanya yang sudah dimiliki orang lain. Meskipun demikian, ia belum berminat untuk membuat museum lukisannya sendiri. Ia khawatir karena melihat setelah seorang perupa meninggal karya-karya di museum mereka menyusut terus seperti terjadi pada Museum Widayat.
Sebelum menjadi perupa terkenal, sembari kuliah di Institut Seni Indonesia Nasirun sudah membuat kriya menggunakan medium batik sebagai profesi dan sumber nafkah. Karena tidak selesai-selesai ia pernah diancam untuk di DO oleh pimpinan ISI. Untunglah ia berhasil lulus sehingga menjadi sarjana seni pertama di keluarganya.
Tahu betapa beratnya menjadi perupa, tokoh ini selalu berusaha datang ke setiap pameran bahkan dari seorang pemula. Dari melihat karya-karya anak muda dan berinteraksi dengan mereka ia bisa menangkap kecenderungan zaman.
Review
Belum ada ulasan.