Walaupun diberi judul “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”, buku yang sempat menggegerkan pasar perbukuan di Indonesia berkat rekor jumlah cetak ulangnya yang luar biasa, nyatanya buku ini hampir tidak menceritakan apa pun kepada pembacanya.
Malah sebaliknya, “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini”, yang ditulis oleh Marchella FP ini malah mengajak segenap pembacanya menyelami seluk beluk dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, buku ini justru mengajak pembacanya untuk bercerita kepada dirinya sendiri.
Dikemas dalam sebuah alur cerita Surat untuk Anakku di Masa Depan, tokoh sentral dalam buku ini—Awan—mengirimkan hasil permenungannya tentang kegelisahan-ketakutan yang dirasakan calon ibu kepada calon anaknya di masa yang akan datang.
Seperti selalu dan sebagaimana mestinya, seorang orangtua pastilah merasa khawatir dengan segala hal yang akan terjadi kepada anak(-anaknya). Lewat tulisan-tulisan pendek, Awan membagikan rasa khawatirnya dengan harap, kelak, anaknya akan merasa bahwa hidup memang sedemikian adanya. Baik-buruknya, suka-dukanya, jatuh-bangunnya, semua harus diterima dengan baik. Karena begitulah semesta bekerja.
Pesan-pesan permenungan Awan disusun Marchella dengan cara yang apik. Dengan urutan waktu—pagi, siang, sore, dan malam—Marchella memetakan setiap permenungan dengan cara yang saksama.
Di bagian Pagi, misalnya. Marchella menuliskan: “Jadi manfaat untuk sekitar. Kalau belum mampu, jangan jadi beban.”
Walau saya tidak yakin berapa banyak dari pembaca NKTCHI yang melakukan hal serupa, tapi apa yang dituliskan oleh Marchella tersebut ibarat sebuah mantra yang selalu saya rapalkan setiap kali saya akan berangkat bekerja maupun melakukan aktivitas lainnya. Walaupun, pada kemudiannya merupakan hal yang lumayan susah untuk mempraktikkannya, Cel—sapaan akrab Marchella—berupaya mengingatkan kita—saya dan segenap pembaca buku ini untuk selalu bisa menjadi manfaat bagi sekitar kita.
Di bagian Siang, Marchella—yang kemudian saya duga sangat paham tentang kebiasaan manusia yang serba grusa-grusu—secara pelan mengingatkan kita dengan kalimat singkat: “Sabar, satu per satu” juga “Jangan mudah tersinggung. Di bumi… bukan cuma kamu yang punya perasaan”.
Pada titik inilah saya merasakan sebuah paradoks di mana ketika hampir segala hal yang kita lakukan sekarang ini dituntut untuk serbacepat, NKTCHI ini malah mengajak kita untuk berjalan dengan cara yang lambat, tidak grusa-grusu, dan menikmati segala sesuatunya dengan cara yang sederhana.
Marchella menggenapi permenungan yang dia buat pada bagian Sore dan Malam. Bagian ini seolah menjadi pamungkas dari semua permenungan yang ada di dalam buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini.
Lewat cerita-cerita pendek dengan ilustrasi yang tidak saling mengalahkan, Marchella benar-benar mengajak pembacanya untuk menyelami ke kedalaman diri mereka sendiri. Marchella mengajak pembacanya untuk mulai mempertanyakan kembali tentang ketakutan, harapan, pilihan, kekecewaan, penolakan, dan rasa penasaran yang acap kali kita rasakan.
Di antara semua perasaan dan pertanyaan yang berkecamuk di dalam otak itu, Marchella dengan sangat apik menuliskan sebuah ajakan untuk memberi jeda sesaat; untuk bernapas sebentar.
Di akhir cerita kita tentu akan paham bahwa Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini benar-benar tidak menceritakan apa-apa kepada kita. Kitalah yang harus bercerita kepada diri kita sendiri tentang segala hal dari banyak sudut pandang. Dengan cara demikian kita akan sadar bahwa tidak melulu hal yang kita yakini sebagai hal yang benar adalah sama benar bagi orang lain dan itu tidak apa-apa
Cahyo. Menulis kumpulan cerpen Tentang Teman Seperjalanan yang diterbitkan Indie Book Corner, 2018.