Acara, Resensi

Membincang The Vegetarian

Salah satu dari lima genre buku yang dibahas dalam Apresiasi Sastra 10 pada 17 Mei 2017 lalu adalah novel terjemahan. Novel berjudul The Vegetarian ini ditulis oleh Han Kang, seorang penulis perempuan asal Korea Selatan. Pembahasnya adalah salah satu penulis muda bernama Bernard Batubara.

Sebelum membahas terjemahan dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit Baca, Bara terlebih dahulu membahas terjemahan dalam bahasa Inggris. Ia memuji sekaligus mengagumi keindahan terjemahan Deborah Smith, perempuan asal Inggris berusia 29 tahun yang mempelajari dan menerjemahkan bahasa Korea secara otodidak. Meski relatif muda dan baru berkecimpung di dunia penerjemahan, Deborah Smith telah meraih penghargaan Man Booker Prize International 2016 lewat The Vegetarian. Konon, novel ini indah sekaligus memiliki sisi gelap yang membuat pembaca bertanya-tanya: apakah kekerasan adalah sesuatu yang inheren dari manusia?

Vegetarian sendiri menceritakan tentang seorang perempuan bernama Young Hye yang secara tiba-tiba memutuskan menjadi vegetarian setelah terbangun dari mimpi buruk yang dialaminya. Ia memimpikan potongan-potongan daging berwarna merah, genangan darah, serta pembunuhan keji yang dilakukannya. Suami Young Hye benar-benar kaget ketika istrinya membuang segala jenis daging, telur, bahkan susu dari kulkas. Perubahan yang mendadak ini segera menimbulkan konflik beruntun.

Suami Young Hye merasa yakin bahwa istrinya dibesarkan dalam keluarga penikmat daging. Ia lantas mengadu kepada mertua dan kakak iparnya. Melihat anaknya menjadi semakin kurus kering, sang ayah sampai memaksa menyuapkan daging ke mulut Young Hye. Kemarahan ayah Young Hye semakin tersulut ketika anaknya memuntahkan daging yang baru saja masuk ke mulut. Pemaksaan dari keluarganya untuk kembali menyantap daging justru mendorong Young Hye memotong pergelangan tangannya.

Tak tahan dengan kondisi istrinya sekarang, suami Young Hye memutuskan untuk menceraikannya. Selepas perceraian itu, muncul konflik baru dari kakak ipar Young Hye sendiri. Kakak ipar Young Hye tertarik dengan tubuh Young Hye yang konon memiliki tanda lahir kebiruan berbentuk seperti  bunga di atas pantatnya. Ia yang berprofesi sebagai seorang videografer ingin merekam tubuh Young Hye dengan body painting bergambar bunga dan sulur. Imajinasi kakak ipar Young Hye menjadi liar. Ia membayangkan bagaimana jika sepasang laki-laki dan perempuan berhubungan badan, namun tubuh keduanya dilukis dengan body painting sulur dan bunga sehingga nampak seperti sepasang bunga yang bertaut. Sayangnya, model yang dikehendaki kakak ipar Young Hye tidak berkenan berhubungan badan dengan Young Hye. Akhirnya, ia sendiri yang mewujudkan video fantasinya bersama Young Hye.

Ketika kakak Young Hye—In Hye– mengetahui hal ini, ia memutuskan menceraikan suaminya. Ia merasa suaminya tega menggunakan adiknya yang kesehatan mentalnya belum pulih untuk mewujudkan fantasinya. Kondisi Young Hye semakin lama semakin parah. Bukan hanya menjadi vegetarian, ia bahkan tak lagi mengonsumsi apa-apa selain air putih. Tubuhnya makin kurus, hingga tersisa kulit dan tulang. Young Hye percaya bahwa dirinya adalah tumbuhan. Tak ada yang peduli pada Young Hye kecuali kakaknya.

In Hye memutuskan untuk memasukkan Young Hye ke rumah sakit jiwa. Keputusan itu rupanya tidak membawa perubahan apa-apa. Setiap pagi Young Hye selalu bertelanjang menyambut matahari, seolah-olah tumbuhan yang sedang berfotosintesis. Ia merasa tangannya adalah pohon dan dari selangkangannya akan tumbuh bunga. Tak ada yang bisa memaksa Young Hye untuk kembali makan layaknya manusia pada umumnya, sebab ia sudah merasa dirinya adalah tumbuhan meski tak jarang ia muntah darah. Lambat laun In Hye menyadari keputusannya memasukkan Young Hye ke rumah sakit jiwa sama saja dengan mengurung adiknya. Akhirnya In Hye memutuskan untuk membawa lagi Young Hye ke rumah, apapun yang akan terjadi nanti.

Dari tiga bab dalam buku ini, pembaca dapat menyaksikan beragam konflik yang muncul setelah Young Hye memutuskan menjadi vegetarian. Pada bab tiga, intensitas konflik meninggi sekaligus menurun. Tidak banyak terdapat konflik antar tokoh, namun kondisi fisik maupun psikis Young Hye terlihat semakin “menggila”. Sayangnya, dalam cerita ini Young Hye tidak memiliki sudut pandang sama sekali. Kondisinya hanya diceritakan melalui orang-orang di sekelilingya, sehingga pembaca tidak bisa mengetahui apa yang benar-benar sedang dirasakan oleh Young Hye.

Menurut Bara, Deborah Smith mampu menerjemahan narasi Han Kang yang indah, lembut, puitis sekaligus brutal dan sadis dengan baik. Sedangkan untuk terjemahan dalam bahasa Indonesia, secara umum tidak ditemui penerjemahan yang ganjil dalam novel ini meski nuansa puitis kurang begitu kentara. Akan lebih adil jika ingin mengomentari terjemahan bahasa Indonesia dari The Vegetarian langsung dengan versi bahasa Korea dari pada membandingkannya dengan versi bahasa Inggris.

Lewat novel ini, setidaknya Korea telah membuktikan bahwa virus hallyu tidak hanya membawa K-Pop dan K-Drama tetapi juga K-Lite.

 

Tinggalkan Balasan