Kolom

Donny Dhirgantoro: Menulis Itu Pekerjaan Menyenangkan

Impian Donny Dhirgantoro untuk membuat sebuah buku akhirnya tercapai. Buku berjudul 5 Cm, yang ia tulis selama tiga bulan, itu mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat.

Novel 5 Cm yang kemudian difilmkan itu menceritakan persahabatan lima muda-mudi, termasuk kisah mereka naik gunung. Novel itu sudah masuk cetakan ke- 30 dan terjual sebanyak 150.000 eksemplar. Dan, walau novel 5 Cm sudah diterbitkan delapan tahun lalu, orang masih terus mencarinya sehingga penerbit buku Grasindo memberi logo ”National Mega Best Seller” di novel itu.

Donny yang sejak kecil punya hobi membaca, menulis, dan membuat puisi itu hanya berbekal nekat. Diimbangi kerja keras dan kuatnya niat untuk membuat sebuah buku, ia memutuskan keluar dari pekerjaannya di sebuah bank swasta nasional.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menulis novel 5 Cm? (Nisa Andriyani, Jakarta Selatan)

Saya suka membaca, waktu kecil Papa saya juga punya taman bacaan di rumah. Saya sering ke toko buku. Suatu hari, tahun 2003, di toko buku Gramedia Blok M, saya melihat tumpukan buku-buku baru dan saya bilang sama diri saya sendiri, ”Suatu hari saya ingin melihat buku saya sendiri di antara tumpukan buku baru itu.”

Akhir 2004 saya mulai menulis 5 Cm. Selesai sekitar tiga bulan lebih, tetapi menulisnya setiap hari dari jam 08.00 pagi sampai jam 12 malam. Saat itu saya merasakan semangat yang luar biasa untuk menyelesaikan 5 Cm. Impian saya untuk punya buku sendiri harus terwujud.

Setelah jumpalitan cari penerbit, pada 21 Mei 2005 novel pertama saya 5 Cm diterbitkan oleh Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), dan alhamdulillah terus dicetak ulang.

Bagaimana Mas Donny mendapatkan seni dalam menulis dan butuh berapa lama untuk menyelesaikan tulisan tersebut? (ana.dzuriati, xxxx@gmail.com)

Menurut saya pribadi ada dua proses dalam menulis. Penulisan dan editing. Menulis untuk saya adalah pekerjaan seni, seni tidak mempunyai batasan. Saat menulis saya menulis saja apa yang saya suka. Apa yang saya pikirkan. Saya biarkan mengalir, buang semua kekhawatiran, dan biarkan jari saya terus menulis sampai berlembar-lembar.

Setelah itu ada proses editing bagaimana pesan dalam tulisan kita bisa tersampaikan kepada pembaca, bagaimana ”melayani” pembaca melalui idealisme dari tulisan kita.

Apa yang melatarbelakangi Anda keluar dari tempat kerja di sebuah bank swasta dan berganti profesi menjadi penulis novel? (Azhar Ahmad Kurniawan, Jakarta Timur)

Menulis adalah hobi saya. Menulis menyenangkan untuk saya. Saya begitu bergairah saat menulis. Bisa ketawa sendiri, bisa sedih sendiri, bisa terinspirasi sendiri. ? Saya merasa begitu hidup melalui tulisan saya. Saya menemukan passion saya.

Setiap orang itu unik dan spesial. Sewaktu bekerja di bank saya melihat ada orang yang passsion-nya sebagai pegawai. Passion saya ada di menulis, jadi tidak cocok kerja di bank.

Mas Donny, sejak buku Anda 5 Cm difilmkan, banyak anak muda menjadi pendaki dadakan, terutama tiba-tiba mau mendaki Gunung Semeru. Padahal, banyak di antara mereka yang nihil soal kegiatan alam bebas. Jumlah yang mendaki Semeru mendadak jauh bertambah banyak dan tentu memberi dampak negatif pada ekosistem gunung. Bagaimana tanggapan Mas Donny tentang hal ini? (Felicia Angelina, Bandung)

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menurut pengalaman saya adalah salah satu taman nasional yang sudah rapi pengelolaannya, ketat dalam menjaga peraturan dan ekosistem. Sejak di Ranu Pani pemeriksaan sudah ketat, di mana-mana diberi imbauan untuk menjaga lingkungan.

Di pos Ranu Pani sudah banyak tempat sampah. Bahkan, ada tempat khusus untuk penampungan sampah yang dibawa pendaki dari atas. Jelas sekali pihak taman nasional sudah begitu peduli menjaga dampak lingkungan dari pendakian. Jauh sebelum novel 5 Cm diluncurkan, dampak negatif dari pendakian sudah begitu memprihatinkan.

Di novel 5 Cm (hal 279) saya tulis: ”Jangan pernah meninggalkan sampah di gunung”. Saya adalah orang yang kalau turun dari pendakian selalu membawa sampah saya. Sebelum ada novel dan film 5 Cm, pihak TNBTS yang sudah begitu ketat selalu dirundung masalah sampah.

Berita baiknya baru-baru ini pihak TNBTS sudah menerapkan peraturan baru, mengenakan denda sampah bagi yang membuang sampah sembarangan di TNBTS.

Saya seorang pelajar, ingin bertanya, apakah menjadi seorang penulis memang cita-cita Bapak Donny Dhirgantoro? (Yohanes Moro, Bekasi, Jawa Barat)

Ya… Perjalanan hidup saya akhirnya bermuara pada keyakinan kalau passion saya adalah menulis. Menulis adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dikerjakan.

Mas Donny, bagaimana dengan pola penghasilan yang berubah dari pegawai menjadi pekerja seni? Lalu, peristiwa apa yang membuat Mas mengambil keputusan itu dan apa tantangan terberatnya?(Madjie Dahlan, Sukatani Depok, Jawa Barat)

Untuk pola penghasilan, penghasilan penulis adalah dari royalti per buku. Jadi bukan dari berapa banyak judul buku yang di-release, tapi dari berapa banyak buku yang terjual.

Menurut saya, di Indonesia, saat ini pekerjaan penulis cukup menjanjikan. Industri penulisan semakin maju. Toko buku malah semakin banyak, bukan semakin sedikit.

Sampai sekarang saya terus bekerja keras memperjuangkan pilihan profesi yang saya pilih. Pekerjaan sebagai penulis tidak berbeda dengan pekerjaan lain di dunia, tidak berbeda dengan semua orang, harus bekerja keras, sabar, banyak tantangan yang dihadapi dan diperjuangkan.

Hanya saja untuk saya pribadi, sekarang saya lebih bahagia bisa lebih bebas. Bisa menentukan penghasilan saya sendiri, tidak tergantung orang lain, bisa berinvestasi, dan sudah punya warisan untuk anak cucu berupa buku-buku yang saya tulis.

Awalnya, saya senang membaca buku-buku inspirasional untuk terus mengisi semangat dalam diri saya. Dari buku saya banyak mendapat inspirasi. Selalu terpikir bagaimana kita membagi inspirasi itu kepada orang lain.

Bagaimana caranya? Saya hobi menulis, jawabannya adalah buku. Dengan buku semuanya menjadi abadi tertuang dalam bentuk tulisan. Inspirasi dari satu buah bisa dicetak menjadi ratusan ribu. Ada kalimat dari Nabi Muhammad yang selalu saya ingat, ”Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain”. Dari kalimat itu semua berawal, dari semangat ingin berbagi melalui tulisan.

Tantangan terbesar, kita sendiri yang menentukan diterima atau tidak diterima karya kita oleh pembaca. Kalau saya caranya dengan menghadirkan tulisan yang mempertemukan dua kutub yang saling bertentangan. Idealisme dan industri, keduanya sebisa mungkin bertemu.

Jika novel karya Mas Donny selanjutnya tidak se-booming 5 Cm, mungkin akan ada banyak penggemar yang membanding-bandingkan kesuksesan karya tersebut, bahkan mencibir kekuatan cerita yang dinilai tidak segereget 5 Cm. Bagaimana sikap Mas Donny menghadapi risiko tersebut? (Djuli Pamungkas, Sumedang, Jawa Barat)

Risiko itu pasti ada, tidak ada kesempurnaan di dunia ini, apalagi dalam sebuah karya seni seperti saya tulis dalam 5 Cm. Kritik itu bukan serangan, tetapi ada orang yang peduli sama kita, dan mungkin mengorbankan rasa enggak enaknya untuk kita, untuk membuat diri kita menjadi lebih baik lagi.

Meskipun latar belakang Mas Donny adalah ekonomi, tapi mengapa tulisannya bisa sangat deskriptif dan nyastra. Apa dulu pernah ikut klub menulis atau memang dari dulu sudah jago menulis? (Suci Amelia Harlen, Universitas Padjadjaran Bandung)

Saya suka membaca dan suka menulis, apalagi puisi. Saya kira bukan karena bakat atau apa pun, menurut saya hanya karena saya banyak menulis. Saya merasakan sendiri semakin banyak menulis, semakin tulisan kita menjadi ”tajam”. Simpel, latihan, sesuatu yang dilakukan terus-menerus setiap hari akan menjadikan kita terbiasa.

Cita-cita saya, terus berbagi dengan menulis.

Apakah Anda sebelumnya pernah bermimpi bahwa novel yang Anda tulis akan menjadi best seller dan menginspirasi banyak orang? (Ratih Purnamasari, Cibinong, Bogor)

Saya bekerja keras untuk itu, simple, kalau mau dibaca banyak orang dan menjadi best seller, harus ada sentuhan pribadi; ceritanya dekat dengan pembaca. Seorang penulis harus bisa berkomunikasi dengan hati melalui tulisan. Caranya dengan membuat tulisan yang simple, ringan, sederhana, mudah dimengerti, tetapi dengan tidak meninggalkan idealisme kita di dalamnya.

Menulis dengan kata-kata yang berat, pretensius, tendensius, sampai pembaca berkerut kening, itu sangat saya hindari, saya mau mereka tersenyum membaca tulisan-tulisan saya.

Apa tujuan besar Anda berkarya? Untuk siapa? Bagaimana menurut Bung Donny tentang minat baca remaja belakangan ini? ”Semesra” apa remaja dengan dunia literasi? (Dodi Prananda, FISIPUI Depok, Jawa Barat)

Tujuan saya berbagi dengan tulisan saya. Berkarya untuk siapa? Kalau Allah mengizinkan, mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk sesama manusia.

Menurut saya, minat baca remaja belakangan ini sangat bagus, terbukti banyak buku remaja yang dicetak. Sangat positif, minat baca sudah naik, toko buku, dan buku tidak akan semakin banyak kalau tidak ada pasarnya.

Semesra apa remaja dengan dunia literasi? Pertanyaannya, seberapa pentingkah remaja harus mesra dengan dunia literasi? Kalau mereka akhirnya bisa membaca dan terinspirasi, apalagi akhirnya bisa menulis dan bisa menginspirasi orang lain. Masih perlukah bermesraan dengan dunia literasi?

Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin menjadi penulis, tetapi sampai sekarang bingung ingin memulai dari mana. Apa saja kiat Donny untuk bisa menjadi penulis novel yang baik? (Hilkia Teofilus Ngendang, Bandung)

Kalau ingin menulis, tetapi bingung mulai dari mana, mulailah dengan menciptakan karakter. Beri dia nama, umur, beri dia pekerjaan karena untuk itulah dia hidup, beri dia lingkungan, suka makan apa? Punya binatang peliharaan atau enggak? Beri dia hobi, beri dia sahabat, seperti apa sahabat-sahabatnya, beri dia kisah cinta, kasih dia impian dan tujuan.

Lalu temukan dan ciptakan kisah luar biasa untuk dia, dan kisah yang luar biasa itu biasanya kisah yang sederhana yang biasanya juga berawal dari kisah pribadi kita sendiri.

Tulisan pada dasarnya dibuat untuk berkomunikasi dengan pembacanya. Apabila saya menulis, pembaca ada di otak saya, tapi idealisme saya ada di hati saya.

Jempol 5 untuk bung Donny yang berani memutuskan keluar dari tempat kerjanya. Bagaimana reaksi dan dukungan orang tua atas keputusan berani itu? (Ary Sri Lestari, Taman Cimanggu, Bogor)

Reaksi orangtua dulu kaget. Sepertinya mereka marah, saya akui saya salah, saya tidak mengomunikasikannya dengan intens. Saya ingat, sudah S-1, keluar dari kerja, keuangan morat-marit, dan berdiam di kamar untuk menulis 5 Cm.

Tetapi Mama saya biarpun kesal marah kayak apa, yang selalu saya ingat, waktu saya nulis 5 Cm, dia selalu buatkan teh manis buat saya….

Hikmahnya adalah apa pun impian kita, haruslah dikomunikasikan dengan orang terdekat, apalagi dengan orangtua. Tujuan sebuah impian pasti baik, dan tujuan orangtua pasti baik juga. Yang baik-baik biasanya bisa dibicarakan. Jangan seperti saya, he-he-he.…

Mas Donny, bagaimana kiat agar generasi muda Indonesia terus mampu menjaga mimpi mereka menggantung dan mengambang 5 sentimeter di depan kening mereka di tengah banyak ketidakpastian yang mungkin terjadi di depan mereka? (Ghifari Yuristiadhi, Yogyakarta)

Untuk generasi muda, awali semua dengan nilai diri dan niat yang baik. Temukan passion, dan passion kita biasanya tidak jauh-jauh dari kebiasaan kita sehari-hari. Apa pun impian itu, jika bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain, yakini. Komunikasikan dengan orangtua. Fokus, bekerja lebih keras dari biasanya, sabar dan tekun, terus berdoa.

Jangan terintimidasi dengan orang yang suka bilang jadi pegawai haram, lebih baik jadi pengusaha. Tidak semua orang bisa jadi pengusaha, tidak semua orang bisa jadi pegawai, begitu pula sebaliknya.

Setiap orang spesial, punya passion yang spesial juga, dan yang lebih penting setiap pekerjaan adalah mulia apakah itu pegawai, karyawan, jurnalis, penulis, pedagang, pengusaha, musisi. dan lain-lain.

Apakah Mas Donny pernah ikut training tulis-menulis? (Wahyono, Jakarta)

Tidak pernah, tetapi saya banyak sekali menulis untuk latihan.

Penempatan titik koma, tata bahasa nanti ada yang bantu. Setiap penulis ada editor untuk mengatur hal-hal teknis. Jadi kalau kamu mau nulis mulailah menulis, jangan membatasi dengan hal-hal teknis karena nanti akan dibantu editor.

Bang Donny inspirasi angka ”5” dan ”2” itu dapat dari mana? Mengapa harus angka untuk judul karya novelnya? Lalu, karya selanjutnya angka berapa? he-he-he…. (Izna, Sidoarjo, Jawa Timur)

Inspirasinya datang begitu saja ke saya. Kenapa angka? Kenapa ”pelit” judulnya? Karena saya percaya novel (sebuah cerita) itu tentang rasa penasaran. Supaya rasa penasaran itu membuat tertarik dulu. Tidak mudah menarik pembaca untuk sekadar melihat sebuah buku, apalagi membacanya.

Buku selanjutnya, belum tahu mau pakai angka atau tidak. Rahasia dong he-he….

Apakah film 5 Cm itu bisa dengan tepat menggambarkan kisah di novel 5 Cm? Apakah sekarang masih suka mendaki gunung? (Sri Sayekti, Jakarta Pusat)

Karena ini adaptasi novel ke film, ada beberapa bab dalam novel yang benar-benar tidak diceritakan dalam film 5 Cm. Tetapi alhamdulillah, secara keseluruhan banyak pembaca 5 Cm puas dengan adaptasi ke filmnya. Medianya memang berbeda, mungkin sama sensasinya karena film 5 Cm saya juga yang menulis skenarionya.

Yup, saya masih suka jalan-jalan ke alam bebas, udah kebiasaan, he-he.…

Apa hambatan dan tantangan terberat Mas Donny ketika menulis sebuah novel? Dan bagaimana kiat untuk menjaga produktivitas menulis? (Sam Persiana, mahasiswa FKIP Bahasa Inggris Universitas Siliwangi Ciawi, Tasikmalaya)

Hambatan terbesar saya mempertemukan dua titik yang saling bertentangan, idealisme dan industri. Menulis adalah pekerjaan seni, tetapi tujuan saya berbagi.

Kalau mau berbagi harus bisa berkomunikasi dengan baik kepada pembaca melalui tulisan. Saat menulis saya terus mencoba mempertemukan dua titik itu.

Cara produktif dalam menulis sederhana, kita bisa karena biasa, terus menulis setiap hari. Kalau lagi stuck, berhenti dulu, tetapi nanti menulis lagi. Jangan menyerah.

Mas Donny novel pertama Anda langsung meledak di pasaran, alasan apa sehingga Anda memutuskan untuk menulis novel tersebut mengingat Anda berlatar pendidikan ekonomi? Siapa penulis novel yang menginspirasi Anda? (Dwi Sekti, Semarang, Jawa Tengah)

Alasannya, semuanya berawal dari keinginan untuk berbagi. Penulis yang menginspirasi saya, Kahlil Gibran dan Hamka

Bagaimana perasaan Mas Donny dengan sukses yang telah diraih? Apa yang sangat berubah dalam hidup Anda sebelum dan sesudah novel 5 Cm diterbitkan sampai 30 kali cetak ulang? (Lydia Mochtarinda, Jakarta)

Alhamdulillah bahagia sekali. Impian yang saya perjuangkan terus dibaca dan diterima banyak orang. Hobi saya menjadi pekerjaan saya, itu anugerah yang luar biasa. Tetapi tidak akan saya sampai di sini kalau tidak ada teman-teman yang mau membaca karya saya.

Dulu melihat novel saya dibaca satu orang saja bahagianya minta ampun, sekarang sudah ratusan ribu. Sudah delapan tahun masih terus dicetak ulang, masih terus ada di toko buku. Semakin banyak buku saya dicetak dan menginspirasi, semakin saya sadar kalau saya bukan siapa-siapa. Saya hanya perantara saja.

Mungkin tangan Tuhan berbicara melalui teman-teman yang terus merekomendasikan buku-buku saya untuk dipinjamkan dan dibaca. Terima kasih untuk semua teman-teman pembaca.

Donny Dhirgantoro

  • Lahir: Jakarta, 27 Oktober 1978
  • Pendidikan terakhir: S-1 Manajemen STIE Perbanas.
  • Hobi: menulis, membaca komik, nonton film, traveling u Riwayat Pekerjaan: – Instruktur outbond (1999-2003)- Bank Niaga (2003-2004)- Penulis (2005-sekarang) | Istri: Dewi Anggraini u Anak: – Deizan Khalifah Dhirgantoro (6) – Deninda Khalila Dhirgantoro (3) || Karya: Novel berjudul: – “5 Cm” (dirilis tahun 2005, sekarang sudah dicetak ulang ke-30, terjual 150.000 eksemplar)- “2″ (dirilis Juli 2011, sekarang sudah masuk cetakan keenam dan terjual sekitar 30.000 eksemplar)  || Screenplay/Skenario: – Film “5 Cm” (dirilis 2012. Diputar di bioskop seluruh Indonesia selama 21 hari dengan jumlah penonton mencapai 2 juta orang) – Film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk” ( 2013) – Film “2″ (2013) || E-mail: donny5cm@gmail.com Twitter: @Donny5cm
  • Keluarga: 1. Ivana Angela Nauli, Klender, Jaktim2. Novita Sari Putri, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara3. Wina Sinaga, Bekasi Timur4. Muhammad Ikram Afif, Kompleks PT Pusri Palembang5. Hendra Afiyanto, Gondokusuman Jogjakarta

Sumber: Kompas, 16 Juli 2013

Related Posts

Tinggalkan Balasan