Puisi

Di Toko Kaset dan Beberapa Puisi Muhamad Kusuma Gotansyah Lainnya

Di Toko Kaset

tidak ada gelandangan yang nekat menjual jazz kali ini.

berhala kuningan itu sudah tidak pernah bercumbu lagi.

larikan jari telunjukmu ke toko kaset. beli yang mahal. beli yang ada akal. beli yang rasa anggur. beli dan tidak usah dipakai di telinga. beli dan dirikan sebuah museum.

nada-nada itu fatamorgana. senandung-senandung adalah kepasrahan. yang nyata adalah aku yang tidak lagi menulis lagu untukmu.

kaset-kaset di gudang kita menjadi omongan dan momongan audiofil yang pengangguran. kau dan aku menjadi pepohonan yang belajar cara jadi tuli.

aku tidak kuat melihat musik-musik itu dimakan rayap

telinga hanya ingin berdansa bersama alunan-alunan

“Mas, jadi beli atau tidak?”

“Tidak, saya hanya ingin berduka cita”

(2017)

 

Pohon

kitab suci akar sequoia

lembar perlembar menyimpan:

zat hara dan aksara

kisah-kisah dan pengkhianatan

 

serabut itu adalah wahyu

bisu laksana samsara

keji seperti waktu

hangat bagai bagaskara

 

dan jantungku adalah tuhan yang ragu:

benar-benar tuhan atau hanya berhala

singgasana itu kosong dan merayu

benar-benar titisan langit atau hanya dusta

 

kemudian segala menjadi kabur;

abu kremasi

kelabu ekstasi

kelambu anastesi

tidak lagi utuh

tidak nyata suaka itu

raib

tidak lagi ajaib

 

telah letih kakek menanam

tua bangka dan bau tanah

namun demi sabda dan oksigen

tidak kuasa berkata kalah

 

deras peluh mengalir

ayat-ayat berdesir

batu-batu nyinyir

dan zaman lingsir

 

kitab suci akar sequoia

lembar perlembar dikoyak:

api dan kembang api, matahari dan bunga matahari

kelak akan hidup hingga usai kiamat. amin.

(2017)

 

Hokusai

ombak dan kiamat

perahu-perahu sekarat

dan di balik sana ada:

kisah kekaisaran Edo

 

dalam pusaran samudera

ada angkara

dan langit jingga

tidak kuasa menyimpan curiga

 

dewa matahari sedang bersedih

dan Fuji mengulum lirih

kau dan aku dipisah gelombang;

semoga ada tuhan di antara kita

 

laut adalah kudus

dengan cinta-cinta yang diaborsi

dan cita-cita gagal absorbsi

dan arus yang letih

 

masihkah ada suaka?

kita mulai menghitung:

hal-hal yang telah raib

dan jarak di antara kita dan suaka

 

beritahu bayi manismu,

ini hanyalah tamasya

perihal hanyut bukan kehendak manusia

tidak dapat dijelaskan aksara

 

riak yang tenang

akan dikenang

kau dan aku:

kita memeluk Kanagawa

(2017)

 

Wastafel

aku telah membocorkan pipa air unit apartemenku

air tumpah ke unit di bawahku namun di sana sedang tidak ada orang

aku juga telah membocorkan jantungku

darah tumpah ke jiwa yang sepi namun di sana sedang tidak ada orang

 

aku menelepon unit apartemen di bawahku untuk meminta maaf

namun aku lupa bahwa di sana sedang tidak ada orang

aku juga menelpon rumah ibuku di kampung halaman

ibu, aku telah membocorkan pipa air unit apartemenku

 

aku ceroboh, seharusnya tidak aku buang segala kenangan itu di wastafel

akhirnya tersumbat dan pipa pun hancur lebur, ibu

dua jam berlalu dan pintu unit apartemenku diketuk

izrail datang untuk menyapa

 

aku berkata, aku tidak sengaja membuang kenangan di wastafel

dia berkata, kau seharusnya tidak membuang apa-apa di wastafel, apalagi kenangan

namun pipa unit apartemenku sudah jebol dan unit apartemen di bawahku sudah banjir

andai saja aku mengerti cara menjaga wastafel

(2017)

Tentang Muhamad Kusuma Gotansyah

Akrab disapa Gotan. Lahir di Tangerang, Banten, pada 14 Maret 2002. Menetap dan belajar di Kuala Lumpur. Gemar bermusik, menulis, dan membaca. Beberapa karyanya berupa cerpen dan puisi pernah dimuat di media-media online seperti Flores Sastra dan Nusantaranews.

Related Posts

Tinggalkan Balasan